Seni Melihat Dalam Photography
Fotografi itu sebenarnya seni melihat, bukan seni memotret,” kata Julian Sihombing, fotografer senior Harian Kompas, dalam suatu diskusi di Pontianak, Kalimantan Barat.
Beberapa jam menjelang kembali ke Jakarta, Senin, fotografer senior itu bersama sejumlah fotografer profesional lain, membagi pengalaman kepada mahasiswa arsitektur dari Universitas Tanjungpura, anggota klub fotografi dan fotografer media di Kota Pontianak.
Meski tampak lelah sehabis memotret berbagai aktivitas warga Kota Singkawang, namun ayah dua putra tersebut tetap semangat membagikan ilmunya. Di depan ratusan peserta diskusi, ia mengatakan, revolusi bidang fotografi terjadi pada 10 tahun terakhir yang ditandai adanya fotografi digital yang bagai jamur bermunculan di mana-mana.
Namun redaktur foto Kompas tersebut mengingatkan kita agar jangan menilai gambar yang dihasilkan dari pemotretan karena kamera yang digunakan. “Tetapi cita rasa kita yang berakhir dengan kamera,” katanya. Kamera, menurut ia, memang memudahkan untuk bekerja, tetapi bukan segala-galanya. Sehingga ia pun menyebut fotografi itu sebagai bagian dari seni melihat dan bukan seni memotret. Kepada fotografer muda, Julian yang sudah menekuni dunia fotografi sejak tahun 80-an dan selama tujuh tahun berkonsentrasi di peliputan foto olahraga itu, menyatakan jangan pernah berkecil hati.
“Tehnik dasar memang diperlukan, tetapi bagaimana kita melihat dan merasakan,” kata alumnus Universitas Indonesia tahun 1980 itu. Julian pun mengingatkan, jika ingin terjun ke dunia fotografi , maka diperlukan ketekunan dan konsentrasi. Semakin dekat dengan dunia fotografi, seseorang akan semakin peka terhadap suatu peristiwa atau obyek yang akan diambil. Sementara banyak orang menilai faktor keberuntungan selalu menghampiri Julian.
Fotografer itupun menampilkan sejumlah karya jurnalistiknya yang pernah dimuat di Harian Kompas. Salah satunya, foto penumpang kereta api yang berjejal di atas gerbong yang sedang melaju kencang. Untuk menghasilkan karya foto tersebut, pria kelahiran 15 Januari 1959 tersebut melakukan riset terlebih dahulu.
Riset diperlukan untuk melihat foto apa saja yang sudah pernah diambil orang untuk obyek. ”Dan jangan sama lagi. Saya mengambil dari atas gerbong,” katanya meski mengakui tindakan itu cukup berisiko.
berikut adalah artikelnya.
ABSTRAK
Seni fotografi adalah perpaduan antara teknologi dan seni. Berbagai nilai estetika yang tidak tercakup dalam teknologi fotografi harus diselaraskan dengan proses teknis untuk memberikan karakter dan keindahan pada hasil visualnya. Seni fotografi bukan sekedar merupakan rekaman apa adanya dari dunia nyata, tapi menjadi karya seni yang kompleks dan media gambar yang juga memberi makna dan pesan. Kata kunci: seni, fotografi, kreativitas.
ABSTRACT
The art of photography is combination between technology and art. Esthetic values which not coveret in photography technology must be harmonized with technical process to give character and beauty at its visual result. The art of photography is not only simple record from the real world, but become the complex creation of art and the image medium that also give meaning and message.
Keywords: art, photography, creativity.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, fotografi telah menyebar ke segala penjuru dunia dan merambah beragam bidang kehidupan. Kini, hampir dapat dipastikan berbagai sisi kehidupan manusia menjadikan fotografi sebagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhannya. Foto selalu menarik untuk dilihat atau diamati. Selain lebih mudah diingat dibandingkan tulisan, sebuah foto mempunyai nilai dokumentasi yang tinggi karena mampu merekam sesuatu yang tidak mungkin terulang kembali, apakah itu tentang cerita pribadi, keluarga, keindahan alam, atau peristiwa seni budaya. Melalui foto juga, orang bisa terpikat pada suatu objek berita, produk olahraga, makanan, minuman, sampai hasil industri. Oleh karena itu lahirlah ungkapan foto mampu berbicara lebih dari seribu kata. Menikmati hasil foto yang baik (menarik) memang mengasyikkan, akan tetapi untuk menghasilkannya memerlukan perencanaannya dan konsep yang baik. Setiap orang dapat menjepretkan kamera dan merekam objek untuk difoto, tatapi tidak jarang foto yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sangat disayangkan apabila sebuah momen, khususnya yang jarang terjadi, difoto seadanya tanpa memperhitungkan segi teknis dan nilai artistik. Memang tidak dapat disangkal bahwa peralatan-peralatan dengan presisi dan kualitas yang baik sangat dibutuhkan, tetapi kreativitas hasil latihan dan pengembangan diri pribadi merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk menghasilkan karya-karya foto yang bernilai.
SEJARAH FOTOGRAFI
Sejarah fotografi tidak lepas dari penemuan kamera dan film. Dengan penemuan film, gambar dapat diproduksi, dan proses pencahayaan film tersebut terjadi di dalam kamera. Fotografi berasal dari istilah Yunani : phos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menggambar. Istilah tersebut pertama kali oleh Sir John Herschel pada tahun 1839. Jadi arti kata fotografi adalah menggambar dengan cahaya. Prinsip kerja yang paling mendasar dari fotografi sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada waktu itu telah diketahui bahwa apabila seberkas cahaya menerobos masuk melalui lubang kecil ke dalam sebuah ruangan yang gelap, maka pada dinding di hadapannya akan terlihat bayangan dari apa yang ada dimuka lobang. Hanya saja bayangan yang terlihat dalam keadaan terbalik. Ruangan seperti inilah yang disebut sebagai camera obscura ( camera : kamar, obscura : gelap). Dari sinilah lahir istilah Camera. Prinsip ini telah digunakan oleh ilmuwan Arab Ibnu al Haisan sejak abad ke-10. Lalu pada abad ke-15 Leonardo da Vinci, mencoba menguraikan kerja kamar gelap ini dengan lebih terperinci. Perkembangan selanjutnya kamera obscura ini menjadi alat bantu untuk membuat gambar bagi para seniman di Eropa. Penemuan teknik fotografi dalam satu hal telah mengurangi daerah gerak seni lukis, karena fotografi yang dengan cepat dan tepat mampu merekam objek itu menggantikan sebagian fungsi seni lukis yaitu fungsi dokumentasi dan fungsi penyajian presentasi realistik bagi objek-objeknya. Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati, karena cahaya yang masuk amat sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-samar. Pengguna-annya terutama masih untuk menggambar benda-benda yang ada di depan kamera. Penggunaan kamera ini baru populer setelah ditemukannya lensa pada tahun 1550. Dengan lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat diperbanyak, dan gambar dapat dipusatkan, sehingga menggambar menjadi lebih sempurna. Tahun 1575 kamera portable yang pertama baru dibuat, dan penemuan kamera ini untuk menggambar makin praktis. Baru tahun 1680 lahir kamera refleks pertama, namun penggunaannya masih untuk meng- gambar, karena bahan baku untuk mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa selain dengan menggambar masih belum ditemukan. Jadi pada zaman tersebut kamera masih dipakai untuk mempermudah dalam menggambar. Dimana hasil dari kamera tersebut masi belum dapat direproduksi, karena belum ditemukannya film negatif. Sejarah penemuan film dimulai ketika orang berusaha untuk dapat mengabadikan benda yang berada di depan kamera, sudah mulai berkembang sejak abad ke-19, dengan adanya penemuan penting oleh Joseph Niepce, seorang veteran Perancis. Ia bereksperimen dengan menggunakan Aspal Bitumen Judea. Dengan pencahayaan 8 jam, ia berhasil mengabadikan benda yang berada di depan lensa kameranya menjadi sebuah gambar pada plat yang telah dilapisi bahan kimia tersebut. Namun melalui percobaan ini masih belum dapat membuat duplikat gambar. Kemudian lahirlah Collodion, bahan baku fotografi yang diperkenalkan oleh Frederick Scott Archer, dengan menggunakan kaca sebagai bahan dasarnya. Proses ini adalah proses basah. Bahan kimia kimia tersebut dilapiskan ke kaca, kemudian langsung dipasang pada kamera abscura, dan gambar yang dihasilkan menjadi lebih baik. Cara ini banyak dipakai untuk memotret diseluruh Eropa dan Amerika, sampai ditemukan bahan gelatin dan ditemukan bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses kering. Tahun 1895, George Eastman membuat film gulung (roll Film) dengan bahan gelatin, yang dipakai untuk memotret (mengabadikan citra alam) sampai sekarang. Penemuan-penemuan tersebut di atas telah mempermudah kita dalam mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa dan memproduksinya, sehingga para fotografer, baik amatir maupun profesional dapat menghasilkan suatu karya seni tinggi, tanpa perlu terhalang oleh teknologi.Dalam era modernisasi fotografi menampakkan perkembangannya yang cukup besar dengan menampilkan fotografi digital, merekam gambar dengan sistem perpaduan teknologi komputer yang banyak dipergunakan sebagai alat penyimpan dokumentasi yang pengertiannya gambar atau pola, bentuk yang ingin dibuat arsip penyimpanannya melalui proses fotografi semi digital atau foto digital. Pada foto semi digital proses pemotretan, gambar masih direkam pada film yang berseluloid, kemudian film yang sudah merekam gambar diproses dan menghasilkan gambar kemudian diproses lagi melalui scanner menjadi data digital untuk di simpan dalam disket atau hardisk.
SENI FOTOGRAFI
Apakah Seni itu ?
Pertanyaan klasik yang selalu dikemukakan oleh banyak orang adalah apakah seni itu. Kebanyakan dari mereka menjawab secara spontan bahwa seni adalah keindahan. Jawaban tersebut tidak salah, tetapi tidak juga benar karena dibeberapa karya seni khususnya seni rupa), keindahan itu tidak mudah ditemukan oleh setiap orang. Sedangan definisi seni menurut Achdiat K. Mihardja: “Seni adalah kegiatan rohan manusia yang merefleksikan realitet (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya”. Disamping untuk membangkitkan pengalaman tertentu, seni juga mempunyai sifat komunikatif, menurut Taufik Abdullah dalam tulisannya mengenai komunikasi ilmu dan seni, mengatakan bahwa seni itu adalah satu dari berbagai cara untuk melukiskan dan mengkomunikasikan. Seni baru bisa mempunyai makna atau dapat diresapkan jika pada dirinya terkandung kekuatan pesan yang komunikatif dan seni yang tidak komunikatif sama sekali tidak bisa dikatakan indah. Dari pernyataan ini bisa dikatakan bahwa seni adalah media penyampaian pesan dari seniman kepada orang lain dengan tujuan mempengaruhi pikirannya. Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Thomas Munro, fotografi dapat dimasukkan sebagai cabang seni rupa (visual Art), seni yang hanya bisa dirasakan melalui indera penglihatan manusia. Jadi seni fotografi bisa dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pesan secara visual dari pengalama yang dimiliki seniman / fotografer kepada orang lain dengan tujuan orang lain mengikuti jalan pikirannya. Supaya tercapai proses penyampaian pesan ini maka harus melalui beberapa persyaratan komunikasi yang baik, yaitu konsep AIDA (Attention–Interest-Desire-Action) atau Perhatian – Ketertarikan – Keinginan – Tindakan.
Syarat pertama adalah harus menimbulkan perhatian (attention). Sebuah karya foto pertama-tama harus mampu mendapatkan perhatian orang untuk melihatnya. Tanpa proses ini, sebuah pesan dari karya foto juga karya seni lainnya akan berhenti disitu saja. Kemudian setelah mampu mendapat perhatian orang maka karya foto harus mampu menimbulkan ketertarikan (interest) terhadap pesan yang akan disampaikan. Setelah orang tertarik pada karya foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap berlangsung dengan timbulnya keinginan (desire) untuk mengetahui lebih jauh pesan yang disampaikan. Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan (action) seperti yang diharapkan oleh seniman/fotografer sesuai pesan yang disampaikannya. Jika proses terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah penyampaian pesan mengenai pengalaman yang dimiliki seniman/fotografer pada orang lain dengan adanya tindakan nyata yang dilakukan. Tindakan-tindakan itu bisa beraneka macam tergantung pesan apa yang disampaikan. Bisa menimbulkan perasaan tertentu (sedih, gembira, marah, takut, terharu, dal lain-lain) hingga tindakan yang nyata. Misalnya : membeli produk yang tercantumpada foto (pada commercial photography), memberikan bantuan kepada orang yang tertimpa musibah/kesusahan (pada photojournalism, human interest) menimbulkan rasa kagum bahkan cinta, dan lain sebagainya. Fotografi menampilkan kenyataan (realita) dan tidak ada unsur abstrak (dalam seni fotografi). Suatu kenyataan bahwa pembuatan seni fotografi dengan kamera berarti membatasi subyek dengan batas format pada jendela pengamat. Hal ini menjadikan seni fotografi lebih jujur daripada seni lainnya karena merekam seperti memfotocopy subyek yang ada di depannya. Subyek foto mencakup banyak hal dan tidak terbatas, mulai dari pemotretan manusia, alam semesta, arsitektur, sampai dengan mikroorganisme. Memang, banyak seniman foto yang berusaha membuat foto dengan film khusus, seperti film infra merah supaya subyeknya terlihat lebih abstrak. Namun, subyek dengan warna yang tidak seperti kenyataan tetap merupakan bukti dan bukanlah khayalan. Pembuatan foto perlu perencanaan dan pengenalan subyek yang dapat dilakukan dengan cara mendatangi satu tempat berkali-kali atau mendalami suatu tema foto.
FOTO HITAM PUTIH DAN FOTO BERWARNA
Fotografi hitam putih dan fotografi berwarna adalah dua hal yang berbeda namun berdiri sejajar. Dalam era kemajuan teknologi fotografi yang begitu pesatnya ini bukan berarti bahwa masih hadirnya foto hitam putih merupakan foto yang ketinggalan zaman. Selain masih diperlukan dilingkungan media informasi cetak, misalnyakoran, majalah ataupun buku-buku. Fotografi berwarna bukanlah semata-mata modernisasi dari fotografi hitam putih. Demikian pula fotografi hitam putih bukanlah merupakan penyederhanaan fotografi berwarna. Fotografi warna dan fotografi hitam putih telah berjalan sendiri-sendiri menjadi dua aliran dalam seni fotografi, dengan pengikutnya masing-masing. Ini dapat dibuktikan pabrik perlengkapan fotografi ILFORD di Inggris menyebut dirinya spesialis foto hitam putih.bahkan pabrik tersebut memiliki slogan “Ilford, The Future in Black and White" ( Ilford, Masa Depan untuk Foto Hitam Putih) Foto hitam putih adalah foto yang sangat sederhana, sehingga jika tidak diolah secara kreatif tidak akan menghasilkan apa-apa. Karena hampir semua subyek yang ada di depan fotografer adalah mengandung warna yang beraneka ragam atau berwarna, maka seorang fotografer hitam putih dituntut mampu menterjemahkan warna-warna yang terdapat dalam subyeknya ke dalam gradasi hitam putih. Terlepas dari foto warna ataupun hitam putih, pada prinsipnya adalah sama dalam hal proses penciptaanya. Secanggih apapun perangkat fotografi yang digunakan, mutu
hasilnya sangat tergantung pada tujuan, fungsi, naluri, dan tingkat kreativitas fotografernya.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan yang efektif untuk mencipta yang akan melahirkan sesuatu yang baru. Dapat dikatakan juga, kreativitas adalah daya dan upaya dari akal budi untuk menciptakan sesuatu yang lain atau berbeda dari pada yang lainnya, dari yang kurang baik menjadi lebih baik, dari yang belum pernah ada menjadi sesuatu yang nyata, menarik, dapat dinikmati, dan bermanfaat. Imajinasi sebagai penggerak kreativitas, semula dapat dimunculkan dari pengalaman diri pribadi, fantasi ataupun asosiasinya yang selanjutnya dapat dikembangkan dan diterbarkan secara luas dengan cara: mengkorelasikan dengan alam yang terbentang luas serta isinya, cinta kepada sesama, cinta yang specifik, kondisi ekonomi, situasi politik, hukum ataupun dengan ide dan bentuk karya dari seni yang lain. Pada dasarnya potensi kreatif sebagai self-concept perlu dan harus dikembangkan setiap saat dengan membuka dan menjajahi pengalaman-pengalaman kreatif yang baru (up to date) dalam bidang apapun juga. Hal ini mengingat sekaligus menandakan bahwa setiap seniman pasti mempunyasi kreativ itas-kreativitas yang umum dan sekaligus yang spesifik.
Utami Munandar ( 1992 ) dalam uraiannya tentang kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu :
1. Kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasar data informasi dan unsur-unsur yang ada.
2. Kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban atas suatu masalah yang penekanannya pada kuantitas kegunaan dan keragaman jawaban.
3. Kemampuan operasional yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, originalitas dalam berfikir serta kemampuan, kengembangkan, memerinci suatu gagasan.
Definisi kreativitas mnurut Sternberg tentang pentingnya aspek pribadi dalam: “tre fecet model of creativity”, yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Secara bersamaan ketiga segi dalam alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatar belakangi individu yang kreatif”. Seorang psikolog humanistik Biondi mengemukakan sebagai berikut : Man has an imagination which must be used and enjoyed in order for him to experience the complete fulfillment of life. Dengan mencipta manusia mengalami kepuasan yang tiada taranya karena sekaligus merupakan perwujudan dirinya, aktualisasi dari potensi-potensi kreatif-nya yang pada hakekatnya ada pada setiap manusia, walaupun tidak disadari oleh semuanya. Apabila membahas kreativitas yang berkaitan dengan seni, maka kita tidak bisa meninggalkan kemampuan dari senimannya, karena seorang seniman memiliki ide, kreasi dan kemampuan teknis dalam mewujudkan gagasan atau dalam mengekspresikan pengalaman dan gejolak jiwanya. Kreativitas dalam diri seseorang seniman adalah ruang kebebasan dalam berolah pikir untuk berekspresi dalam merefleksikan pengalaman dan rangsangan dari lingkungannya. Seorang seniman dituntut kepekaan naluri, dan kemampuan mengolah pengalaman-pengalamannya yang unik dan menarik untuk diekspresikan menjadi sebuah karya yang original dan mampu menjadikan pengalaman baru yang unik dan estetik bagi orang lain.
Menurut pendapat Soedarso yang termasuk dalam pengertian kreatif adalah kualitas dari:
A.Sensitivitas adalah kepekaan terhadap setiap rangsangan yang datang dari luar, baik kepekaan terhadap kesedihan yang dirasakan oran lain, maupun kepekaan terhadap kombinasi warna atau susunan bentuk yang menarik ataupun hal-hal yang khas yang ada disekitarnya. Dengan kepekaan seperti ini maka jiwa akan menjadi kaya oleh berbagai pengalaman yang masuk dan kekayaan tersebut akan selalu siap untuk
diekspresikan.
B.Kelancaran atau fluency : yaitu kelancaran untuk menentukan kata-kata atau warna tertentu yang sesuai dengan ide yang akan diekspresikannya, kelancaran idesional untuk berpikir dengan cepat dan tepat, kelancaran mengasosiasikan sesuatu dengan yang lain, dan kelancaran ekspresional yang berarti kemampuan untuk menemukan dengan cepat jalan yang paling sesuai dengan ekspresinya.
C.Fleksibilitas : yakni kemampuan untuk mengadaptasi situasi yang baru. Manusia mampu menyesuaikan dirinya dengan berbagai situasi baik kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kawan baru, tetangga baru, atau kondisi iklim pada daerah tertentu, misalnya dari hidup di daerah tropis ke hidup di daerah dingin.
D.Originalitas ialah kemampuan untuk mengemukakan jawaban atau solusi yang khas terhadap pertanyaan atau masalah yang ada. Pribadi yang memiliki originalitas adalah pribadi yang tidak tergantung pada ide-ide orang lain, jujur pada dirinya sendiri dan pada proses kreativitasnya.
E.Kemampuan untuk menentukan dan mengatur kembali.
F. Kemampuan untuk menangkap adanya hubungan antara beberapa hal atau masalah dalam suatu jalinan tertentu.
G.Elaborasi : ialah kemampuan untuk mengembangkan suatu ide dengan detail/bagianbagiannya. Seorang yang kreatif akan mampu dengan baik membuat lukisannya ( baik secara verbal maupun dengan gambar) tentang misalnya, sesuatu adegan. Tidak ada satu bagianpun yang terlepas dari perhatiannya. Beberapa pandangan di atas menunjuk pada suatu kenyataan bahwa krea-tivitas pada intinya adalah merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan suatu yang baru baik berupa gagasan ataupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Fotografi Digital Dalam Kreativitas
Kamera digital pertama diproduksi oleh Kodak yaitu DCS 100 (Digital Camera System 100) yangditempelkan pada punggung Nikon F-3 sehingga gambar yang biasa ditangkap oleh film, ditangkap oleh keping CCD (Camera Censor Digital). Perbedaan paling mencolok antara kamera digital dengan kamera konvensional adalah pada kamera digital tidak ada lagi pemakaian film sebagai penangkap gambar. Proses fotografi telah mengalami perubahan dengan tidak adanya proses kimiawi dalam pencetakan foto. Kalau pada teknologi sebelumnya, untuk mendapatkan hasil foto kita harus mencuci film tersebut baru kemudian mencetaknya. Fotografi digital gambar yang didapatkan sudah langsung menjadi sebuah file komputer yang siap diolah. Penemuan kamera digital ini didukung oleh perkembangan software komputer pengolahan gambar. Adanya teknologi ini memungkinkan fotografer melakukan eksplorasi, eksperimen fotografi secara luas dan menjadikan seni fotografi menemukan aliran baru. Teknik montage/penggabungan gambar bisa dilakukan dengan cepat, tepat, murah. Pada perkembangan fotografi digital diperkirakan akan menjadi faforit pada seni fotografi pada masa mendatang karena keluasan teknik yang ditawarkan. Fotografi digital hanyalah sebuah temuan yang memudahkan untuk menyempurnakan dan memanipulasi sebuah foto. Namun bagaimana ia dipakai sepenuhnya, tergantung kreativitas manusia yang mengolahnya. Pada dasarnya apa yang ada dalam karya fotografi mampu diolah dengan data-data komputer dan mampu menyamai kemampuan secara visual. Pekerjaan komputer hanya perpanjangan tangan, sedang data-data objek tergantung pada prasarana kamera dan kemampuan fotografer. Memang terasa begitu besar peranan kreativitas dalam era fotografi yang didukung oleh perkembangan teknologi kamera.
KREATIVITAS DALAM FOTOGRAFI
Dalam proses berkaya seni fotografi atau proses visualisasi karya adalah menghidupkan dan memberi jiwa pada karya foto. Seperti halnya dengan seniman seni rupa lainnya, fotografer bekerja menggunakan otak dan hatinya yaitu segala tindakan yang dilakukan, terutama dalam proses pengambilan obyek, ia akan mengetahui hasilyang akan diperoleh sehingga melakukan tindakan-tindakan yang berguna untuk mendukung ide dan gagasannya. Pada dasarnya masalah fotografi adalah masalah yang cukup kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek, diantaranya :
1. Kamera, perangkat atau alat pemotretan dari yang paling sederhana sampai pada yang bertekologi canggih. Kamera adalah alat untuk merekam gambar pada permukaan film. Sebagai alat perekam optis, kamera mampu merekam apa yang terlihat oleh lensa. Seorang fotografer dituntut mampu menguasai memahami peralatan yang dipergunakan, sampai pada karakteristik dan tingkat kemampuannya. Kamera mempunyai komponen bermacam-macam yang akan menentukan hasil bidikan seorang fotografer. Alat kontrol penting pada kamera : fokus, kecepatan rana (shutter), dan diafragma karena dari alat kontral inilah, hasil sebuah foto ditentukan.
2. Pencahayaan merupakan unsur dari dasar fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang pencahayaan mutlak harus diketahui oleh seorang fotografer. Cara mempelajari penguasaan pencahayaan adalah dengan melatih mata untuk lebih peka terhadap cahaya yang muncul.
3. Penempatan subyek utama dalam gambar sangat penting untuk mendapatkan komposisi yang baik. Komposisi dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk, yaitu komposisi grafik, dimana unsur-unsur garis dapat membentuk kotak-kotak, bulatan, segi tiga dan lain-lain. Ada komposisi tradisional mempunyai watak yang klasik, komposisi Bali seperti pada lukusan-lukisan Bali. Komposisi modern adalah penampilan yang serba ingin tahu, mencoba sesuatu yang belum pernah ditampilkan, keluar dari aturan yang konvensional dan lain sebagainya.16 Patung dan monumen dapat ditempatkan di pusat gambar, tetapi pada umumnya komposisi yang lebih menarik dihasilkan jika subyek utama ditempatkan tidak di pusat gambar.
4. Kamar Gelap, adalah tempat akhir untuk proses fotografi. Kamar gelap dapat dilakukan trick atau manipulasi dari hasil pemotretan seorang fotografer, sehingga hasil fotonya akan berbeda dengan obyek yang sebenarnya. Didalam kamar gelap inilah proses pencetakan/ montase, distorsi dengan jalan pengaturan posisi kertas dilakukan.
5. Aspek pesan menjadi sebuah pengalaman baru yang unik menarik dan estetik bagi orang lain yang menikmatinya. Seorang fotografer harus dapat mengkomunikasikan pesan atau pengalaman batinnya yang estetis melalui hasil bidikan kame-ranya kepada orang lain.
6. Aspek presentasi memegang peranan dalam penataan komponen subyek artinya penguasaan komposisi dan unsur disain harus difahami benar oleh fotografer, sehingga dapat ditampilkan dengan baik.
7. Pemakaian filter. Filter adalah suatu sistem optis pembantu yang biasanya dipasang di depan lensa dan dapat memodifikasi gambar asli di saat pemotretan. Beberapa jenis filter dapat me ngubah warna-warni atau bayanagn, sedangkan yang lainnya dapat menciptakan efek fisik baru pada bidang pada bidang gambarnya. Namun, sebuah filter dapat juga berupa suatu media tembus pandang atau memantul, seperti sebuah cermin tua atau suatu pecahan kaca dari wadah abu rorok. Pemakaian filter atau saringan sinar mempunyai maksud yang berbeda-beda
8. Pemotretan Gerak dapat diabadikan dengan menggunakan lampu kilat atau rana dengan kecepatan tinggi. Namun efek bergerak bukan hanya muncul karana sebuah gambar tampil dengan tajam. Ada, kalanya, gambar yang ringan yang akan anda tampilkan harus tampil blur untuk memberikan kesan gerak. Ada teknik blurring, teknik panning shot, teknik freezing dan teknik zooming. Panning dalam More Joy of Photography adalah “Moving a camera to photograph a moving object while keeping the image of the object in the same relative position in the viewfinder”.
9. Kreativitas fotografi sebagai pengarah gaya. Salah satu kiat mendapatkan hasil pemotretan yang baik seperti yang dikehendaki orang yang dipotret adalah adanya kerja sama antara fotografer dengan orang yang dipotret. Kerja sama yang dimaksud adalah dalam hal pemberian informasi. Orang yang dipotret wajib memberitahu maksud dan tujuan diadakannya pemotretan agar fotografer mengetahui tugas yang dibebankan kepadanya. Sebaliknya, pemotret berhak mengarahkan orang yang akan dipotret. Dengan kerja sama demikian, diharapkan diperoleh hasil pemotretan sempurna, seperti yang dikehendaski kedua pihak.18 Dalam melakukan pemotretan, salah satu hal yang harus dilakukan fotografer adalah mengarahkan gaya orang yang dipotret. Apakah gaya dan posisi tubuh seseorang sudah baik dan menunjang komposisi gambar atau perlu diubah. Dari beberapa aspek diatas merupakan sebagai contoh yang harus disikapi oleh fotografer yang profesional, dengan tidak membedakan jenis atau fungsi fotografi pada umumnya. Seorang fotografer tidak hanya mampu mengo-perasionalkan alat saja, tetapi dia adalah seorang pencipta gambar yang menarik dan mengandung nilai estetik yang dapat memuaskan orang lain yang melihatnya. Dengan menggunakan madia cahaya pengalaman baru/sesuatu yang baru akan dapat diekspresikan dan dinikmati.
SIMPULAN
Dunia fotografi adalah dunia kreativitas tanpa batas. Beragam karya foto dapat dihasilkan dengan berkreasi, tidak ada yang dapat membatasinya. Sejauh keinginan untuk berkreasi, seluas itu pula lautan karya yang bisa dihasilkan. Kreativitas yang dimaksud menyangkut segala aspek dan proses pem-buatan foto, mulai dari pemilihan peralatan yang dipakai, kejelian menentukan obyek pemotretan sampai proses pencetakan foto. Kejelian menentukan obyek sangat berpengaruh pada foto yang akan dihasilkan Mata seorang fotografer yang terlatih mampu menangkap berbagai macam keindahan dimana saja, bahkan pada obyek-obyek yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kemampuan Teknis fotografi yang baik, sebuah obyek yang sangat menarik bisa jadi akan tampil biasa atau tidak menarik sama sekali. Kemampuan teknis memang diperlukan sebab terkadang suatu obyek menjadi hilang keistimewaannya saat dibidik dengan mengandalkan kecerdasan kamera saja. Sebaliknya, obyek yang sangat biasa akan menjadi terlihat istimewa ketika ditampilkan dalam nuansa ektreme. Memanfaatkan sarana pendukung seperti filter, tripod, dan perlengkapan pendukung lainnya secara tepat bisa lebih memantapkan aktualisasi kreativitas fotografer. Memang terasa begitu besar peranan kreativitas dalam era fotografi yang didukung perkembangan teknologi kamera. Apalagi jika sudah memanfaatkan fotografi digital untuk menyederhanaan proses teknis fotografi sehingga fotografer bisa lebih berkonsentrasi untuk berkarya. Keunggulan kreatif akan semakin menunjukkan perannya dalam dunia fotografi. Berbagai titik kreatif memang bisa dipelajari, tetapi untuk menjadi fotografer kreatif harus banyak mencoba, belajar dari kesalahan, dan terus berkarya. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Semoga bermanfaat.
SUMBER : Yekti Herlina Dosen Jurusan Seni Rupa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta dan Dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain - Universitas Kristen Petra
sumber :
http://sijanggut.blogdetik.com/tag/teknik-fotografi/
http://notee.weebly.com/keretifitas-seni-dalam-fotografi.html
Comments
Post a Comment